Kamis, 10 September 2015

8 Perbedaan Cara Memandang Kesuksesan; Saat Umurmu Masih 20-an dan Waktu Kamu Sudah 25-an

Sukses punya definisi berbeda dalam setiap masa. Saat masih duduk di bangku SMA ‘sukses’ berarti bisa main sepuasnya tanpa ditanyai macam-macam oleh orangtua. Umur 25-an tiba. Kesuksesan pun berganti maknanya. Di sini kehadiran orang yang bisa dipanggil ‘Sayang’ atau  ‘Dear’ kapan saja bisa membuatmu membuat bahagia.

Saat memasuki usia 25, kesuksesan kembali berubah bentuknya.
Pada usia yang dianggap sakral ini kesuksesan tidak lagi terlihat hanya dalam satu warna. Ia berpendar dalam berbagai spektrum yang beragam ronanya. Apakah perbedaan definisi memandang sukses ini juga kamu rasa selepas sudah menjadi 25?


1. Saat masih 20-an sukses berarti bebas melakukan apa saja. Kemudian 25 tahun tiba. Kesuksesan berubah jadi berkompromi dengan keinginan keluarga

Sukses berubah jadi berkompromi dengan keinginan keluarga
Sukses berubah jadi berkompromi dengan keinginan keluarga
Idealisme di umur 20-an awal memang tak perlu diragukan lagi tingginya. Di usia 20-an rasanya kita punya tenaga untuk melakukan apa saja. Hebatnya, momen sedang semangat-semangatnya itu tiba bersamaan dengan kengganan untuk mendengar masukan dari orang di luar sana.
Di umur 20-an sukses berarti bisa melakoni apapun sesuai kata hati. Memilih jurusan yang ingin digeluti, kegiatan apa yang ingin dilakoni, sampai menjalani hubungan cinta dengan yang dirasa paling nyaman mendampingi.
Selepas umur 25, definisi kesuksesan yang selaras dengan kebebasan sudah tidak lagi sama. Di umur 25, sukses adalah ketika kamu berhasil menyeimbangkan mimpi dengan keinginan keluarga. Ketika tidak ada yang harus kamu sakiti demi mewujudkan keinginan di dada.


2. Waktu masih mahasiswa, sukses identik dengan kerja di mana dan gaji berapa. Selepas 25 sukses adalah soal konsisten berkarya, di manapun kamu berada

Kerja keras saja. Habis perkara
Kerja keras saja. Habis perkara
Keren rasanya melihat kakak angkatan yang bisa bertemu dengan pejabat dan orang penting tiap harinya. Berangkat kerja dengan baju sleek nan rapi, meeting sana-sini, punya kartu nama yang bisa diberikan setiap bertemu rekan sejawat dengan penuh rasa bangga.
Saat masih berumur 20-an, kamu merasa ingin jadi mereka.
Tapi hidup selalu punya plot twistnya. Selepas umur 25 kesuksesan macam ini artifisial sekali rasanya. Bagimu, sukses berubah makna. Ini bukan lagi soal kerja di mana atau digaji berapa. Kamu yang bekerja di NGO (Non Governmental Organization) kecil pun merasa sukses — karena melakukan sesuatu yang bermanfaat tiap harinya. Sekarang kamu hanya tidak ingin berhenti berkarya, di manapun ditempatkan semesta.


3. Saat sudah tidak 20-an kamu belajar keras untuk hidup sesuai kemampuan sendiri. 25 menyadarkan bahwa hidup  tidak perlu diperjuangkan dengan gengsi

Kenapa harus gengsi?
Kenapa harus gengsi?
Kebiasaan ngopi-ngopi ‘cantik’ yang menghabiskan ratusan ribu sekali duduk kini tak lagi jadi hobimu. Statusmu yang sudah tidak lagi jadi tangungan orangtua membuka mata — uang sebesar itu bisa digunakan untuk kebutuhan harian yang lebih penting kastanya. Kamu tak keberatan mencari cara agar bisa berhemat dan menabung lebih banyak tiap bulannya.
Mulai dari membeli teh dan kopi sendiri agar tetap bisa bersantai dengan hemat, naik kendaraan umum ke mana-mana agar biaya bensin terpangkas, sampai BELANJA ONLINE DIINTERNET yang menawarkan diskon sampai 99% untuk semua kategori produknya.
Perubahan gaya hidup dengan ikhlas kamu lakoni. Kamu sadar sepenuh hati, sudah bukan masanya kini hidup dengan gengsi.


4. Punya pacar atau tidak, anehnya sudah tak signifikan lagi. Setelah 25 fokusmu lebih tersedot ke mencukupkan diri — dengan atau tanpa pendamping di sisi

Kini kamu hanya fokus ke mengembangkan diri
Kini kamu hanya fokus ke mengembangkan diri
Dulu status jomblo bisa membuatmu galau tak karuan. Harus melewati malam Minggu sendirian, jadi single fighter dalam berbagai keadaan, tak ada teman yang bisa diajak nonton dan kondangan. Bukankah ini terasa menyedihkan?
Namun kegalauan di umur 20-an awal itu mulai hilang setelah 25 tahun datang menyapa. Perlahan kamu mulai tumbuh untuk jadi ‘cukup’ sebagai manusia. Kehadiran pasangan memang membuat hati hangat. Tapi ada atau tidaknya dia hidupmu harus terus bergerak dengan cepat.
Sukses setelah mencapai usia 25 bukan soal ada atau tidaknya pasangan yang mendampingi. Namun bagaimana kamu bisa terus melangkah, dengan berani, meski harus menghadapi semua sendiri.


5. Umur 20-an membentukmu jadi manusia yang bisa diterima. Waktu 25 tiba, kamu sadar bahwa sukses adalah soal mempertahankan idealisme yang dipunya

Selepas 25 ini adalah soal mempertahankan idealisme
Selepas 25 ini adalah soal mempertahankan idealisme
Umur 20-an adalah fase di mana kamu ingin menjadi pribadi yang bisa diterima. Ikut UKM agar banyak temannya, main dengan teman yang jalan pikirannya berseberangan supaya rasa sepi tak melanda, punya pacar agar bisa ditemani ke mana-mana. You try your best to fit in.
Sesudah 25 datang di hadap muka, anehnya ada kesadaran yang bilang bahwa membahagiakan semua orang itu mustahil rasanya. Kamu tidak dilahirkan untuk jadi sumber kebahagiaan seluruh umat di dunia. Bukan penerimaan orang lain yang membuatmu harus berjuang sekuat tenaga — tapi bagaimana idealisme dalam dirimu tetap terjaga.
Sesudah berusia 25-an kamu tak lagi takut menunjukkan keberpihakan. Wajar jika ada kawan yang menjauh karena merasa berseberangan. Namun sukses kini berubah jadi soal pendirian. Kamu bisa jadi belum hidup berkelimpahan. Namun soal harga diri dan idealisme, sungguh kamu tak mau kehilangan.


6. Di usia 20-an sukses adalah soal mengikuti kata orangtua. Sesudah 25 sukses bertransformasi jadi mencari jalan tengah antara impianmu dan mereka

Because sometimes we are too busy growing
Because sometimes we are too busy growing
Bapak-Ibu jelas dua orang paling berjasa dalam hidupmu. Sebab itu, kamu tak keberatan mengikuti apapun yang mereka mau. Mulai dari jurusan kuliah, pilihan pasangan yang mendampingimu, sampai ke opsi karir yang mereka berikan jadi pertimbangan nomor satu.
Namun dalam sekian tahun saja rasanya kamu sudah lebih punya kendali untuk menentukan segalanya. Sesudah memasuki usia 25-an ada rasa ingin mencari diri yang kadang berseberangan dengan keinginan orangtua. Kamu yang tadinya kuliah di jurusan ekonomi malah masuk ke startup media untuk mengurusi komunitas. Kamu yang dulu diarahkan masuk jurusan biologi justru memilih jadi penulis lepas dibanding harus ke lab saban hari.
Beberapa tahun sebelumnya kata orangtua adalah sabda. Namun selepas 25 kamu pun punya mimpi yang tak kalah mendesaknya. Sukses, adalah mencari jalan tengah diantara keduanya.


7. Sahabat yang selalu ada jadi definisi kesuksesanmu di usia 20-an. Memasuki usia 25, sukses adalah tentang menjaga mereka yang layak dipertahankan

Kamu kini hanya fokus menjaga mereka yang layak dipertahankan
Kamu kini hanya fokus menjaga mereka yang layak dipertahankan
Teman jelas datang dan pergi. Mereka yang bertahan adalah orang-orang yang memang layak seleksi. Selepas memasuki usia 25 kamu tak lagi bimbang saat ada kawan yang memilih untuk bersisian lagi. Sukses, kini bukan berarti tidak kehilangan teman. Tapi bagaimana kamu menjaga ikatan dengan mereka yang memang layak dipertahankan.


8. Hidup selepas USIA 25-an penuh ketidakpastian. Justru kesuksesan diukur dari seberapa lihainya kamu menghadapi kejutan

Siapkah kamu menghadapi kejutan?
Siapkah kamu menghadapi kejutan?
“Hidup tidak seperti 99 Hadiah Super di Grandlaunching MatahariMall yang bisa didapatkan setiap belanja 100 ribu di #SuperSeptember. Hidup tidak semudah dan sesederhana itu.”
Walau sudah 25, kamu masih akan bertanya sebenarnya hidup ini sedang berjalan ke arah mana. Setiap bangun di pagi hari, kamu masih terus bertanya ulang: “Yakinkah aku ingin melakoni pekerjaan ini sampai mati?” ; “Bagaimana hidupku nanti?”; “Apakah aku akan bertemu pasangan yang klik dan sehati?”
Selepas melewati usia 20-an, 25 tahun tidak serta merta menawarkan jawaban. Namun definisi kesuksesan sekarang pun bergeser perlahan. Dia yang sukses adalah dia yang mampu menghadapi kejutan. Sebrengsek apapun surprise yang hidup tawarkan.



Sepakatkah kamu jika perubahan pola pikir tentang kesuksesan ini memang nyata adanya? Apakah kamu juga mengalaminya?

artikel ini terinspirasi oleh @hipwee dan partnership @mataharimall

8 Tanda Hidupmu Sudah Berjalan di Jalur yang Benar, dan Tak Ada Lagi yang Perlu Kamu Risaukan

Di usia 20-an, waktu berjalan begitu cepat. Perubahan datang tanpa diundang, menyisakan keheranan tentang betapa bisa berbedanya hidup kita sekarang dan 3 atau 6 bulan ke depan. Kenyataan ini tak jarang membuat kita gamang. Cemas dengan apa yang akan terjadi pada kita di masa depan. Khawatir apakah hal yang kita tekuni sekarang benar-benar baik untuk hidup ini, apakah sudah benar arah kita dalam menginjakkan kaki. Tak jarang kita mulai meragukan kemampuan diri sendiri dan justru menyimpan iri pada pencapaian kawan sendiri.

Namun, mulai sekarang tak perlu ragu lagi. Jika kamu sudah merasakan 8 tanda ini, maka percayai saja bahwa kamu sudah mulai berjalan ke arah yang benar.

1. Kamu tahu kamu ada di jalur yang benar saat sudah tak terlalu mencemaskan masa depan. Karena dengan hati yang tenang, kamu bisa fokus berjuang untuk sekarang.

tanda hidupmu sudah berjalan ke arah yang benar
tanda kamu bisa sukses via www.bonecadeplatina.com
Sebenarnya kendali masa depan itu ada di tangan kita sendiri. Jika ingin di masa depan kita mampu mencicipi kesuksesan, maka tentu saja mulai dari sekarang kita harus bersedia urun tenaga dan bekerja lebih keras dari biasanya. Tanda hidupmu sudah berjalan di relnya adalah ketika kamu berhenti merisaukan masa depan dan justru berjuang sekuat tenaga untuk hidupmu yang sekarang. Dengan mengadopsi sikap seperti ini, percayalah hidupmu di masa depan akan baik-baik saja.


2. Kamu sudah tak lagi cemburu pada keberhasilan kawan, berhubung setiap orang sudah memiliki rute sendiri untuk meraih kesuksesan.

tanda kamu bisa sukses
tanda kamu bisa sukses via www.huffingtonpost.com
Orang yang berhasil adalah orang yang selalu berlapang dada. Entah itu berlapang dada menghadapi kegagalan atau ketika kawan seperjuangan sedang meraih kesuksesan. Alih-alih menyimpan iri, kamu juga turut senang dan berbangga atas pencapaian kawan. Kamu meyakini benar bahwa setiap orang sudah memiliki rute sendiri untuk meraih kesuksesan. Sikap lapang dada, tulus, serta mau menerima ini jugalah yang nantinya bisa mengantarmu ke puncak tertinggi kesuksesan.


3. Kamu tahu cara menghargai diri sendiri. Tak tergantung pada sikap atau persetujuan orang lain untuk mulai mencintai diri

tanda kamu bisa sukses
tanda kamu bisa sukses via wallippo.com
Sikap menghargai diri sendiri adalah sikap yang dimiliki oleh mereka yang memang sudah berjalan di jalur yang benar. Kamu percaya bahwa dirimu sendirilah yang bisa membawamu ke puncak kesuksesan. Sehingga tak ada lagi alasan untuk tak mencintai diri sendiri apapun kondisi yang sekarang sedang dilalui.


4. Kamu berani dengan tegas bilang ‘tidak’ dan tak melulu mengiyakan apa kata teman.

tanda kamu bisa sukses
tanda kamu bisa sukses via www.hgabmag.com
Berhasil atau gagalnya hidupmu ke depan, semuanya tergantung pada dirimu. Ciri orang yang sudah mampu memimpin hidup sendiri di jalan yang benar adalah dia mantap dalam setiap pengambilan keputusan. Bahkan, dia berani dengan tegas bilang ‘tidak’ dan tak melulu mengiyakan apa kata teman. Orang seperti inilah yang tak gampang ikut arus dan mampu berdiri sendiri.


5. Versi terbaik dari dirimu selalu ditampilkan tiap hari. Ada urgensi pasti untuk belajar dan menempa diri menjadi lebih baik lagi.

tanda kamu bisa sukses
tanda kamu bisa sukses via belimitless.com
Orang yang ingin mengecap kesuksesan di masa depan adalah mereka yang selalu ingin belajar dan haus akan ilmu baru. Maka dari itu, tanda utama dari orang macam ini adalah dia yang selalu mau mencoba hal baru dan selalu maksimal dalam melakukan segala sesuatu. Tanpa disadari sikap ini merupakan cara paling sederhana untuk menempa diri menjadi karakter yang lebih baik lagi.


6. Ada seseorang yang kamu percaya, entah untuk mendampingi, mengajarkan, atau sebagai teman bercerita.

tanda kamu bisa sukses
tanda kamu bisa sukses via www.amp.co.nz
Kamu memang menghargai serta percaya pada kemampuan diri sendiri. Namun hal ini tak mencegahmu untuk menginginkan seorang mentor yang bisa mendampingi. Percaya pada kemampuan diri sendiri juga tak lantas membuatmu cepat puas pada keadaan. Hal inilah yang membuatmu membutuhkan seseorang yang mendampingi, sehingga makin banyak lagi ilmu yang terserap dan wawasan yang datang tiap harinya.


7. Bukan berarti hidupmu bebas dari masalah. Sesekali kamu menangis dan mengutuk dunia, tapi percaya ini pasti ada akhirnya

tanda kamu bisa sukses
tanda kamu bisa sukses via thuvien.kyna.vn
Orang yang sudah berjalan sesuai relnya tak berarti akan terhindar dari masalah. Masalah tentu saja sudah diakrabi. Kamu memang sesekali terpuruk, namun kamu meyakini bahwa masalah yang dihadapi akan berakhir dan ada solusi pasti untuk ke depannya. Jika hal ini yang kamu rasakan, maka seberat apapun masalah yang diterima maka bisa dipastikan kamu sanggup melaluinya.


8. Di akhir hari selalu ada hal yang bisa kamu syukuri. Kamu bersyukur terhadap apapun yang telah Tuhan beri.

tanda kamu bisa sukses
tanda kamu bisa sukses via www.myanmarlatestnews.com
Di akhir hari kamu tak pernah berhenti mensyukuri hidupmu. Ya, bersyukur merupakan kunci sukses untuk menikmati hidupmu sekarang ini. Bahkan, dengan terbiasa mensyukuri keadaan, kamu mampu merasa bahagia apapun yang dunia tawarkan. Toh, segala kesulitan yang sudah kamu lalui berjasa dalam pembentukan karaktermu yang sekarang ini.

Jadi, apakah menurutmu sekarang ini kamu sudah mampu menentukan arah hidup sendiri?


artikel ini terinspirasi dari @hipweee.

Selasa, 08 September 2015

Hidup Bukan Soal Kaya Atau Miskin. Tapi, Tentang Sabar dan Bersyukur.

Young people praying_banner

Banyak sekali artikel yang mengetengahkan tema bersyukur dan ajakan untuk senantiasa sabar. Judul diatas saya kutip dari seorang guru yang sangat saya kagumi. Ustaz Subhan Bawazier, semoga Allah memanjangkan umur beliau dalam ikhlas berbagi ilmu kepada kita yang jauh dari alim. Menyoal hidup yan kian hari kian terasa berat. Ada satu kunci yang bisa membuat hidup tras lebih ringan. Membuat senyum lebih terkembang ikhlas.
Ndilalah, masalah demi maslaah dalam hidup terus menari di dapan mata. Seolah meledek kita yang tengah terngah-engah mengejar semua kebutuhan hidup. Naif jika kita menafikan materi dalam hidup. Naif juga bila kita serta-merta membuatnya sebagai satu-satunya tujuan hidup. Karena bahagia adalah tentang rasa.

Percayalah, manusia tidak akan pernah punya segalanya.

Islam adalah agama yang membuat hambanya berserah diri secara utuh kepada Yang Maha. Karena tidak satu alasan pun untuk bargaining dengan perintah maupun laranganNya. Itu adalah kesempurnaan sebuah agama. Menerima sepenuhnya. Menjalankan penuh kerelaan.
Tentu saja kamu pernah melihat atau mengenal orang yang nampak punya segalanya. Hdup bergelimang harta, karir cemerlang, keluarga bahagia, reputasi tanpa cela, ahli ibadah, berjiwa sosial, dan selalu menyayangi. Orang yang secara zahir membuat kita pantas iri dengannya. Tapi sekali lagi, percayalah, manusia punya keterbatasan untuk melihat. Kita hanya bisa menganalisa dari jauh. Lalu dengan pongah mengambil kesimpulan dan memercayai apa yang ingin kita percayai.

Titik terendah seorang manusia bukan saat ia tidak memiliki apapun di kantongnya. Tapi ketiadaan iman di relung hatinya.

Putus cinta, dikhianati, diabaikan, dan diperlakukan semena-mena seringkali membuat kita jatuh. Tersungkur meratapi betapa hina dan rendahnya kita dalam hidup ini. Kemudian diam-diam menyimpan dendam, menggubah kalimat-kalimat rutukan yang kita tahu tidak bisa mengubah apapun yang telah, akan, dan tengah terjadi.
Terlebih, manusia sangat membenci momen saat ia tidak miskin secara materi. Saat saldo rekening tak lagi sanggup menghidupi, saat segala macam kebutuhan terasa luar biasa mahal. Saat itu kita akan merasa menderita yang sebenarnya. Harus diakui, materi adalah sahabat karib manusia.
Namun, di atas semua itu. Perasaan kekurangan dan ketidakberdayaan yang sebenarnya bukan berasal dari ketiadaan materi. Saya tidak berusaha untuk berkata bijak di sini. Tapi memang, logikanya materi bersifat konkrit dan mudah habis. Sementara itu, kepemilikan iman di hati akan senantiasa kekal. Meneguhkan dan menyemangati hidup.

Saat ini, di luar sana. Ada ribuan orang yang rela mati untuk bisa hidup seperti kamu.

Bagaimana cara menimbulkan perasaan bersyukur? Adalah dengan berhenti mengeluh. Dengan menempatkan diri secara tepat. Karena secara alami, manusia tidak akan pernah merasa lebih baik dari sesamanya. Untuk itu, saat banyak nikmat hidup telah direngkuh. Alih-alih menyibukkan diri dengan selusin rencana pribadi yang duniawi. Coba luangkan waktu untuk mengatakan dalam hati. "Ada berapa banyak orang yang hidupnya tidak lebih beruntung dari saya?"

Sabar itu kata sifat. Bukan kata benda yanng terbatas kuantitas dan kualitasnya.

Sabar itu ada batasnya. Habis sudah kesabaran saya. Kamu pikir, saya masih bisa sabar?
Saya emmang belum mengecek apa makna sabar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Tapi, jika boleh mengutarakan maknanya, buat saya, sabar adalah kata sifat. Dan setiap kata sifat itu tidak terikat ukuran. Artinya, tidak ada batasan yang ajeg untk menentukan seberapa besar atau kecil atau banyak atau sedikit jumlah dan/atau mutunya.
Kata sifat itu relatif. Punya parameter berbeda untuk setiap orang. Kita memang bisa mengambil suara terbanyak atau kebiasaan publik untuk memaknai kata sabar. Tapi tetap saja, sabar selalu terkait dengan kondisi dan situasi. Isu yang diangkat tidak pernah bisa digeneralisasi. Oleh karenanya, sebagai makhluk yang senantiasa bergerak. Menghadapi jutaan kemungkinan. Rasanya sangat sombong jika secara pribadi kita membatasi rasa sabar untuk diri sendiri
.

Senin, 07 September 2015

bolehkah istri bekerja.?


hai guys, kali ini saya mau membahas masalah keluarga2 muda yang saya temui akhir2 ini. yuk cekidot.

Suami gaji 4 juta, istri gaji 3 juta, total penghasilan keluarga 7 Juta.
Kalau istri berhenti kerja, penghasilan keluarga tetap 7 juta. Kok bisa????? Iyaaa!!! Karena Rezeki istri melalui suami. Dengan beragam cara bila Allah sudah berkehendak.
* Bisa suami naik gaji.
* Bisa suami dipanggil kerja di tempat lain dengan mendapatkan gaji & fasilitas dua kali lipat dari tempat sebelumnya.
* Bisa suami memulai bisnis sampingan dan bisnisnya sukses.
(Ingat!!! Allah itu maha besar, masalah gaji suami itu urusan sangat sepele sekali bagi Allah)
Jadi bagi para istri yang masih keukeuh untuk bekerja dengan alasan nanti penghasilan keluarga berkurang. Apakah para istri lupa bahwa ada Allah yang menjamin rizki buat suami yang akan diberikan ke keluarga kecilmu?
Allah sudah memberitahukan kita semua lewat Al-Quran, yang berbunyi:
“Allah telah menjamin rezeki untuk setiap makhluk-Nya. Tiada suatu binatang melatapun yang tidak mendapat jaminan rezeki dari-Nya.” (QS. Huud: ayat 6)
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq: ayat 2-3)
Tugas utama seorang istri adalah “Ummu Warobatul Bait ” ibu dan pengatur Rumah Tangga. Jika tugas utama ini terabaikan dengan aktifitas mubahnya dalam bekerja maka hukum bekerja menjadi tidak diperbolehlan (Allah membencinya). Karena jika hilang fungsi istri dan seorang ibu maka kehancuran generasi sudah menjadi suatu kepastian, karena mereka adalah madrasatul ula (pendidikan pertama dan utama) bagi anak-anaknya.
BAGAIMANA ATURAN ISLAM AGAR ISTRI BOLEH BEKERJA?
Jika istri mesti keluar dari rumah untuk bekerja, maka hal-hal berikut yang mesti diperhatikan:
1. Mendapatkan izin dari suami
Karena banyak sebagian besar suami tidak menginginkan istrinya bekerja di luar rumah (suami yang menginginkan istri di rumah menjaga hartanya di rumah dan menjaga anaknya). Adapun keluar rumah tanpa izin suami termasuk yang diharamkan dan ia telah berbuat zalim, bahkan Allah melarang wanita yang dicerai suaminya dengan talak raj’i (talak yang masih bisa rujuk) agar tidak keluar rumahnya, bagaimana jika seorang istri yang dicerai saja belum tapi berani keluar rumah. Berikut firman Allah SWT:
“Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali kalau mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah dan barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri.”
(QS. Ath Thalaq: ayat 1)
2. Mengurus urusan rumah tangga
Ketika istri ingin bekerja keluar dari rumah, apakah sudah istri bekerja untuk suami dan anak-anaknya sebelum melayani urusan pekerjaan di luar? Jadi sebaiknya ketika kerja di luar rumah harus ingat dengan kebutuhan suami sebelum ia bekerja, kebutuhan anak-anak, dll (yang sepatutnya dikerjakan oleh istri). Mungkin jika ada yang membantu di rumah bisa lebih enteng pekerjaannya, namun jika tidak ada orang yang membantu bagaimana? Apa tidak buat keharmonisan rumah tangga jadi rusak, setiap hari suamimu, sarapan masak sendiri, nyuci sendiri, pulang kerja tidak ada makanan, anak-anak tidak belajar, dll.
3. Berpakaian secara syar’i
Syarat pakaian syar’i yaitu menutup seluruh tubuh selain bagian yang dikecualikan (wajah dan telapak tangan), tebal dan tidak transparan, longgar dan tidak ketat, tidak berwarna mencolok (yang menggoda), dan tidak memakai wewangian.
Rasulullah SAW bersabda:
“Siapa saja perempuan yang memakai minyak wangi, kemudian ia keluar, lalu ia melewati satu kaum (orang banyak) supaya mereka mendapati (mencium) baunya, maka dia itu adalah perempuan zina / tuna susila.”
[Hasan riwayat Ahmad, Nasa’i, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Hibban, Hakim, Ibnu Khuzaimah dan Thahawi dari jalan Abu Musa]
Dan Rasulullah SAW bersabda lagi:
“Siapa saja perempuan yang memakai minyak wangi kemudian keluar ke masjid niscaya tidak diterima sholatnya sehingga ia mandi terlebih dahulu (membersihkan dirinya dari wangi-wangian tersebut).”
[Shahih riwayat Ibnu Majah dari jalan Abu Hurairah]
Begitu indahnya Islam menjaga wanita, hal sepele wangi-wangian saja sudah diatur, jelas itu sangat bermanfaat untuk kaum wanita agar menghindari suatu fitnah ataupun godaan lelaki.
4. Aman dari fitnah
Yang dimaksud aman dari fitnah adalah wanita tersebut sejak menginjakkan kaki keluar rumah sampai kembali lagi ke rumah, mereka terjaga agamanya, kehormatannya, serta kesucian dirinya.Untuk menjaga hal-hal tersebut, Islam memerintahkan wanita yang keluar rumah untuk menghindari khalwat (berduaan dengan laki-laki yang bukan mahram, tanpa ditemani mahramnya), ikhtilath (campur baur antara laki-laki dan wanita tanpa dipisahkan oleh tabir), menjaga sikap dan tutur kata (tidak melembutkan suara, menundukkan pandangan, serta berjalan dengan sewajarnya, tidak berlenggak-lenggok). Adanya mahram ketika melakukan safar Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam, “Seorang wanita tidak boleh melakukan safar kecuali bersama mahramnya.” [HR. Bukhari dalan Shahihnya (no. 1862), Kitab “Jazaa-ush Shaid”, Bab “Hajjun Nisaa’”; Muslim (no. 1341), Kitab “al-Hajj”, Bab “Safarul Mar-ah ma’a Mahramin ilal hajji wa Ghairihi”, dari Ibnu ‘Abbas]
5. Pekerjaannya menolong banyak orang
Jika bekerja keluar rumah untuk menolong orang, contoh pekerjaannya adalah seorang ibu bidan/dokter kandungan yang harus menolong ibu lain untuk segera melahirkan, dsb. (Bayangkan jika tidak ada dokter kandungan wanita, karena banyak suami yang hanya mengizinkan istrinya diperiksa kandungannya oleh kaum wanita).
Namun istri harus tetap memperhatikan poin-poin nomor 1 s/d 4 dengan seksama.
Di atas adalah beberapa poin-poin yang harus diperhatikan jika ingin bekerja ke luar dari rumah.
Lalu ada pertanyaan. Bagaimana jika istri bekerja sebagai resepsionis, teller bank, dll yang kebanyakan harus diposisikan sebagai kaum wanita.
Jawab: Harus memperhatikan point-point nomor 1 s/d 4. Islam itu sangat memuliakan kaum wanita, Islam datang untuk menempatkan kedudukan wanita pada posisi yang layak, memberikan hak-haknya dengan sempurna tanpa dikurangi sedikitpun. Islam memuliakan kedudukan kaum wanita, baik sebagai ibu, sebagai anak atau saudara perempuan, juga sebagai istri.
Lalu ada pertanyaan lagi. Bagaimana kalau istri tidak bekerja, nanti suami akan pelit kasih uang dan menginjak-nginjak harga diri istri?
Jawab: Kalau pertanyaan seperti itu tidak usahlah menikah, itu akan membuat dosa dan kezhaliman (itu adalah pikiran kotor dan sangat picik, tidak percaya terhadap suami sendiri), silahkan baca lagi hukum-hukum menikah dan sesudah menikah, suami itu adalah pemimpin. Pasti suami memimpin keluarganya demi kebaikan dan menjauhkan hal-hal yang buruk kepada istri dan anak-anaknya. Maka dari itu jika takut suami seperti itu berdoalah kepada Allah agar suami tidak seperti itu, dan bagi yang belum menikah pilihlah calon suami yang betul-betul baik. Bagaimana cara mendapatkan suami yang baik. Allah SWT sudah berfirman, jika mau mendapatkan suami yang baik maka kitanya harus baik terlebih dahulu. Tidak bisa itu kitanya tidak baik maunya dapat yang baik! Allah SWT berfirman di dalam Al-Quran:
“Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik.” (QS. An Nur: ayat 26)
Nah kok Allah sudah berfirman seperti itu di Al-Quran sedangkan di kehidupan nyata banyak pula pasangan yang suaminya baik istrinya tidak baik, ataupun istrinya baik tapi suaminya tidak baik.
Jawab: Itulah dunia dan ketetapan Allah, dunia ini adalah tempatnya ujian, jika mendapatkan pasangan yang tidak baik itu adalah ujian dari Allah agar kita bisa menjadi lebih bertakwa dan dekat kepada Allah. Maka tetapkan diri untuk berlandaskan ajaran Allah, Insya Allah suami pelan-pelan yang tadinya tidak baik akan menjadi orang yang baik, hidayah Allah itu bisa turun kepada siapa saja baik sebelum menikah ataupun sesudah menikah untuk orang-orang yang bersungguh-sungguh memintanya, Allah sangat mencintai orang-orang yang bertaubat. Siapa yang lulus dari ujian Allah di dunia ini, maka SurgaNyalah tempat ia kelak nanti.
Diceritakan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa baginda bersabda yg bermaksud: “Barang siapa yg sabar atas budi pekerti isterinya yg buruk, maka Allah memberinya pahala sama dgn pahala yg diberikan kpd Nabi Ayub a.s karena sabar atas cobaan-Nya.” ( Cobaan ke alas Nabi Ayub ada 4 hal: Habis harta bendanya., Meninggal dunia semua anaknya, Hancur badannya, Dijauhi oleh manusia kecuali isterinya benama Rahmah )
“Dan seorang isteri yg sabar atas budi pekerti suaminya yg buruk akan diberi oleh Allah pahala sama dgn pahala Asiah isteri Firaun”.
Lalu ada lagi pertanyaan. Bagaimana status pendidikan istri yang sampai sekolah tinggi, percuma saja dong sekolah tinggi-tinggi sampai bangku kuliah D3, S1, S2?
Jawab: Menuntut ilmu setinggi-tingginya di Islam itu dianjurkan, tidak ada yang sia-sia dengan pendidikan sampai bangku D3, S1, S2 bahkan S3. Dengan pendidikan yang tinggi itu bisa terpakai ilmunya untuk kehidupannya kelak. Istri bisa dapat ilmu-ilmu lain yang pasti terpakai untuk menjadi landasan kehidupan sehari-hari bersama suami dan anak-anaknya. Contohnya: berbahasa yang baik, cara berkerabat yang baik, mengajarkan anak-anaknya ilmu-ilmu formal, dll.
Lalu ada lagi pertanyaan. Bagaimana jika yang menyuruh bekerja adalah si suami? Dengan alasan agar bisa membantu ekonomi keluarga karena anak-anak butuh biaya sekolah, makan, dll.
Jawab: Jika suami yang menyuruh istri bekerja keluar dari rumah, maka point1 sudah tidak perlu diperhatikan lagi, tinggal perhatikan poin 2, 3 dan 4.
Ingatlah wahai sahabat Kabar Muslimah kita hidup di dunia ini sangat-sangat sementara. Semua akan dipertanyakan dan dipertanggung jawabkan kelak ketika kita di alam sana. Bagaimana pula nanti ada pertanyaan dari malaikat (Kenapa kau dulu keluar makan siang dengan laki-laki kerabat kantormu tanpa sepengetahuan suamimu? Kenapa kau dahulu bekerja dengan pakaian seksi sehingga para lelaki selalu memperhatikanmu, dan kamu membiarkan hal demikian terjadi? Kenapa dahulu kala tutur katamu lebih baik kepada atasanmu dibandingkan suamimu? dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang mesti dipertanggung jawabkan).
Sekarang ini, banyak sekali peluang pekerjaan bagi wanita, namun tidak sedikit pula peluang-peluang bisnis yang dapat dikerjakan di rumah. Untuk itu, mari sama-sama kembali meluruskan niat ketika harus meninggalkan keluarga dan bekerja di luar rumah untuk benar-benar membantu suami dan keluarga. Melakukan pekerjaan dengan baik dan menjauhi segala jenis larangan-larangan Allah SWT yang ada di luar sana agar dapat bertemu kembali bersama keluarga tercinta di SurgaNya kelak.
Amiiiin Allahumma Amiiiin…….
Semoga bermanfaat

Minggu, 06 September 2015

Sebanyak Apapun Uang yang Kamu Punya, Kamu Tidak Bisa Membeli Waktu

moderator 22

manusia zaman sekarang pada hebat semua+agak sedikit gila *termasuk saya sih heheh.
 Apa sebabnya? Karena kalo bisa, waktu katanya juga mau dibeli. Konon, kalo waktu dah bisa kebeli pun jarum jam pengen dibuat jadi 36 jam sehari. Biar bisa melakukan apa saja, segala hal yang manusia inginkan. Jika perlu, masa-masa indah mereka yang dulu akan dipanggil kembali. Luar biasa.
Entah itu ambisi, ego atau apanya manusia. Sampe pengen ngebeli waktu. Kok bisa sih, kamu ngotot pengen beli waktu. Uang memang bisa membeli semua yang kita inginkan. Tapi uang tidak bisa membeli waktu. Termasuk waktu kita dengan keluarga. Waktu ayah dan ibu dengan anak-anaknya. Bahkan uang tak akan pernah mampu membeli kebahagiaan dan kehidupan yang sedang kita jalani. Karena keluarga dan kebahagiaan tidak semuanya bersumber dari uang.
Orang ber-uang, orang kaya boleh punya banyak harta. Apapun yang dia inginkan dapat dimiliki. Tapi uang gak bisa jadi jaminan kebahagiaan. Betul gak?
Lalu, benarkah banyak uang bikin bahagia? Belum tentu. Uang belum tentu bikin seseorang bahagia. Malah sebagian dari orang yang banyak uang, merasa bahagia. Karena mereka telah kehilangan waktu berharga bersama orang-orang yang paling dicintai. Kehilangan waktu bersama anak, istri, suami. Mereka punya uang tapi mereka hanya unya sedikit waktu dengan keluarga. Maka sekali lagi, waktu tidak bisa dibeli oleh uang.
Ini sudah pasti. Kebahagiaan kita sama sekali tidak dapat diukur oleh berapa banyak uang yang kita miliki sekarang. Sungguh, waktu kita gak akan bisa dibeli dengan uang. Memang, di zaman edan seperti sekarang, orang semakin sibuk mencari uang. Utamanya, untuk memenuhi keinginan dan mengikuti gaya hidupnya.
Banyak orang berpendapat bahwa uang dapat memecahkan masalah kehidupan, uang bisa membuat hidup lebih baik, uang bisa membuat mimpi kita terwujud, dan uang bisa membeli segalanya. Tapi ingat lagi, uang gak akan pernah bisa membeli waktu. Sampai kapanpun.
Jadi kalo gitu, kita bekerja untuk apa?
Bisa jadi, sebagian orang bekerja untuk mencari uang yang banyak. Atau demi keluarga cuma kalo mau jujur, tidak ada gunanya sukses pekerjaan tapi pada akhirnya kita meninggalkan keluarga. Punya banyak uang tapi orang-orang dekat kita terbengkalai. Atau sebaliknya, keluarga malah meninggalkan kita. Maka, kita butuh keseimbangan kok. Seimbang ini, seimbang itu .....
Ya, gak usah kepengen beli waktu. Di tengah kesibukan, dekatkan saja diri kita pada keluarga. Pada orang-orang yang kita cintai. Kalo kata orang sekarang family time. Waktu bersama keluarga tidak perlu mahal, tidak perlu uang melulu. Agar mereka tahu, kita masih unya cinta pada mereka, kita masih punya waktu untuk keluarga. Menyisihkan sedikit waktu untuk bercengkrama bersama keluarga, sungguh sangat bermakna. Sekalgus belajar untuk menghargai dan dihargai ....
Terus gimana dong?
Udahlah jangan kebanyakan baca. Mulai sekarang, janganlah kita membiarkan waktu berlalu begitu saja. Tanpa sempat menikmati waktu yang sangat berharga. Menghabiskan waktu bersama orang-orang yang kita cintai. Bersama orang-orang sangat berarti dalam hidup kita. Caranya hanya satu gunakan hati kita. HATI untuk bersama mereka, HATI untuk tidak membeli waktu karena uang. Kalo kata pepatah, "The best gift given from the heart, not from the store - Hadiah yang terbaik diberikan dari hati, bukan dari toko.Waktu kerja penting, waktu mencari uang juga penting. Tapi waktu bersama keluarga jauh lebih penting. #BelajarDariOrangGoblok #GakUsahBeliWaktu
 

Kenapa Sih Harus Banget Ada Gelar Sarjana di Undangan Pernikahan Orang Indonesia?

hai guys, apa kabsss? *hehe bahasa anak alay

kali ini aku mau share pendidikan, dan niat yang mungkin menurut nure ahmad soleh agak keliru sih, yuk cekidot.

Walimah, kondangan, atau apapun namanya: pesta pernikahan adalah acara yang sangat sakral untuk orang Indonesia. Dalam kultur kita, si empunya acara bukan hanya kedua mempelai, tapi juga keluarga besar mereka. Semua orang pun bekerja keras demi mewujudkan acara yang nggak terlupakan.
Yang paling unik dari pernikahan di Indonesia adalah undangannya. Nggak hanya nama mempelai dan kedua orangtua yang tercantum di sana, tapi juga gelar akademis mereka. Misalnya: yang Sarjana Teknik bakal ditulis S.T., yang Sarjana Ekonomi bakal ditulis S.E., ada juga yang Master, Ph.D, dst. dsb. Di luar negeri sih nggak ada budaya kayak gini. Terus kenapa ya, gelar akademis sering banget nongol di undangan nikah orang Indonesia?

1. Namanya juga gelar akademis. Siapa sih yang enggak bangga memilikinya?

Gelar akademis itu membanggakan
Gelar akademis itu membanggakan via showbiz.liputan6.com
Mungkin sih — mungkin — alasan utama kenapa gelar akademis sering nongol di undangan adalah memiliki gelar itu masih bikin sebagian besar orang Indonesia bangga. Gimana enggak bangga? Gelar itu banyak artinya. Pertama, artinya keluargamu bisa menyekolahkan kamu sampai jenjang yang tinggi, nggak hanya sampai di SMA aja. Apalagi kalau kamu ternyata gak cuma punya gelar sarjana, tapi juga gelar S-2. Dobel deh bangganya!
Kedua, gelar menunjukkan bahwa kamu pastinya nggak bego-bego banget. Biarpun mungkin gak sejenius Stephen Hawking juga, gelar ini berarti kamu cukup punya kemampuan intelektual dan ketahanan mental buat menyelesaikan skripsi (atau thesis).
Kalau toh yang nyelesaiin tugas akhir kamu itu bukan kamu sendiri, artinya kamu cukup kaya untuk ngebayar orang mahal-mahal buat bikin tugas akhirmu ‘kan? Nah, gimana gak bangga?

2. Punya gelar menunjukkan mental yang matang. Tandanya kamu siap membangun masa depan yang mapan

Sudah mapan dan siap menyongsong masa depan
Sudah mapan dan siap menyongsong masa depan via foto.metrotvnews.com
Siapa sih yang gak tahu? Gelar akademis adalah bekal utama menuju masa depan yang lebih terjamin dan mapan. Lau pikir kenapa orangtua lau capek-capek nyekolahin anak sampai tinggi? Biar pinter? Engga lah, biar gampang dapet kerja! Pinter itu bonusnya aja.
Nah, jadi kalau seorang calon mempelai udah punya gelar akademis, artinya dia cukup prospektif buat membangun masa depan mapan. Dia bukan tipe anak muda yang jatuh cinta lalu sembarangan ngelamar anak orang. Punya gelar artinya dia matang secara mental dan layak dijadikan pasangan. Status keluarganya pun terangkat dengan memiliki anak bermental matang seperti dia.

3. Kalau gelar aja bisa bikin kepincut mertua, gak ada alasan kenapa para tamu undangan gak bisa kepincut juga

Bisa bikin mertua kepincut <3
Bisa bikin mertua kepincut <3 via www.debenhams.com
“Kamu mau ngelamar anak saya, Mas? Memangnya kamu punya apa?”
Punya gelar dan masa depan, Oom! Tuh, kalau gelar aja bisa bikin mertua kepincut, gak ada alasan kenapa para tamu undangan gak boleh tahu tentang gelarmu. Jadi, kenapa gak sekalian aja membubuhkannya di kertas undangan?

4. Kalau kedua mempelai sama-sama punya gelar, orang-orang akan semakin menganggap mereka cocok dan sepadan!

Pasangan sepadan | Creative Commons
Pasangan sepadan | Creative Commons via www.flickr.com
Tahu ‘kan mitos kalau pasangan yang mirip satu sama lain itu biasanya jodoh? Mungkin di sini maksudnya gak cuma mirip muka aja, tapi juga latar belakang dan statusnya — termasuk gelar akademis yang setara. Misalnya, yang cewek S.Psi., yang cowok S.T. Yang cewek M.A., yang cowok juga M.M. Kalau kebetulan dua-duanya memang punya gelar yang layak dipamerkan, sekalian aja dong gelarnya dicantumkan di undangan. Maksudnya, biar semua tamu tahu kalau kedua mempelai ini cocok dan sepadan untuk satu sama lain. Amiiiin~

5. Mungkin juga sebenarnya yang mau nikah gak mau mencantumkan gelar mereka. Tapi ujungnya menyerah juga karena disuruh orangtua

Undangan nggak pakai gelar juga ada sih
Undangan nggak pakai gelar juga ada sih via news.detik.com
Banyak juga lho calon pengantin cowok dan cewek yang nggak mau mencantumkan gelar mereka di undangan. Mungkin mereka malu, mungkin introvert, mungkin ya males aja gitu. Tapi apa daya, orangtua pokoknya ngotot nama di undangan harus pakai gelar. Kalau udah gini sih, kelar urusan. Gak usah pakai bantah-bantah, tulis aja deh gelar lau di undangan.
Karena persiapan nikah itu ribet, bikin stres, bikin capek. Berantem masalah nulis gelar atau nggak di undangan akan terasa gak penting banget — mending ikut Bapak-Ibu dan mertua aja deh, mereka maunya apa. Masih ada banyak hal lain yang harus diurusin selain kepenulisan nama dan gelar di kertas undangan.

6. Ya suka-suka sih mau cantumin gelar apa enggak di dalam undangan. Terserah yang punya acara, kita sih tinggal datang aja!

ANTARA/Maulana Surya
ANTARA/Maulana Surya via simomot.com
“Kenapa sih orang Indonesia suka banget cantumin gelar akademis di undangan nikah? Itu mau nikah atau wisuda lagi?”
“Di Eropa tuh jurnal akademik aja nggak nyantumin gelar, lho. Kalau di Indonesia, undangan nikah aja pakai ada keterangan sarjana segala…”
“Kenapa cuma gelar yang dicantumin? Gak sekalian transkripnya? Wkwkwkwk”
Awalnya mungkin memang agak aneh melihat gelar akademis tercantum di undangan acara pernikahan. Apa hubungannya gitu, emangnya mau presentasi di kampus? Tapi kalau dipikir-pikir lagi, ya nggak apa-apa juga sih undangan nyantumin gelar. Suka-suka yang punya acara dong mau cantumin gelar mereka atau enggak. Yang diundang diem aja deh,
masih mending diundang!  yang penting makanan resepsinya enak-enak ‘kan?
Nah, kalau kamu akhirnya jadi mempelai juga, mau cantumin gelar gak di undanganmu nanti?



Artikel INI terinspirasi oleh @hipwee. semoga bermanfaat.