Secretary
Film yang dibintangi oleh Maggie Gyllenhaal ini memang cukup unik. Maggie yang berperan sebagai Lee Holloway merupakan seorang wanita muda yang baru saja keluar dari rumah sakit jiwa. Saat dirinya diterima bekerja sebagai seorang sekretaris di sebuah kantor pengacara, suasana kantor tersebut mendadak berubah, tentunya dengan hasrat untuk bercinta dengan Lee.
What can you see: Adegan panas yang terlihat cukup real terdapat di film ini. Ini adalah adegan dimana Peter (Jeremy Davies) dan Lee (Maggie Gyllenhaal) pertama kali melakukan seks dan terlihat begitu aneh dan canggung.
Blue Is the Warmest Color
Blue Is the Warmest Color mengisahkan tentang seorang gadis bernama Adèle (Adèle Exarchopoulos) seorang yang polos terhadap cinta. Dia pun mencoba berpacaran dengan teman lelaki di sekolahnya, Thomas (Jeremie Laheurte). Namun dia tidak merasakan suatu gejolak cinta yang dalam.
Sampai suatu hari Adèle pergi ke sebuah gay bar, disana dia bertemu dengan seoran gadis tomboy bernama Emma (Léa Seydoux). Mereka berdua pun semakin dekat dan akhirnya tumbuh rasa cinta diantara mereka.
In the Realm of the Senses
Saya suka bokep, tapi masih suka merasa 'yuh yih yuh' kalau ada feature film yang menghadirkan adegan seks yang tidak di simulasi. Saat masih berumur 15 tahun, saya mencoba-coba memutar In the Realm of the Senses. Baru beberapa menit, filmnya langsung saya matikan. Bukan karena filmnya terlalu sakit, tapi saya masih merasa belum cukup umur (padahal bokep jalan terus est. 2007) untuk menonton film yang dipenuhi dengan desahan-desahan beneran masuk seperti itu. Saya pun berjanji pada diri sendiri, kalau film itu mesti ditonton begitu umur saya menyentuh 18 tahun.
In the Realm of the Senses bercerita tentang hubungan seksual Sada Abe (Eiko Matsuda) dengan Kichizo Ishida (Tatsuya Fuji). Ya sudah, ceritanya seperti itu saja. Di sepanjang film penonton diperlihatkan sarang burung Sada Abe yang dihinggapi burung Kichizo Ishida. Anggaplah Sada Abe dan Kichizo Ishida itu seperti Jesse dan Celine dari Before Trilogy, hanya saja dialog-dialog yang manis-unyu-pahit di Before diganti dengan adegan seks yang begitu intens dan disturbing di setiap menitnya. Ya, seperti itu.
Nymphomaniac Vol. I & II
Disamping kualitas yang mumpuni, film-film dari Lars Von Trier selalu ditunggu karena kontroversi yang mengiringi filmnya. Tentu saja saat dia mengumumkan akan membuat sebuah film bertemakan nymphomaniac atau sex addict yang juga merupakan penutup dari depression trilogy miliknya, saya tidak bisa untuk tidak menantikan film ini.
Overall, dua volume Nymphomaniac merupakan satu kesatuan epic yang begitu luar biasa, dalam, gila dan berani dalam mengungkap hal berkaitan dengan adiksi sekual. Masih terasa aura depresif yang kental dengan gambar-gambar sepi yang kelam, tapi ini adalah pendekatan yang berbeda dan paling kreatif dari Lars Von Trier dalam trilogi depresinya. Berisikan visual-visual unik dan selipan humor gelap yang efektif, melengkapi aspek-aspek yang menjadikan Nymphomaniac selalu terasa intens dan menarik meski berlangsung selama hampir 4 jam.
I.K.U.
Bukan Jepang namanya jika tidak memiliki film dengan ide yang unik dan kadang sangat surealis. Seperti film I.K.U ini. Dalam bahasa, kata “iku” berati berangkat atau pergi. Namun dalam slang Jepang, kata “iku” diucapkan saat pasangan mengalami puncak kepuasan saat berhubungan badan. Seperti judulnya, film ini mengulas tentang fenomena puncak yang banyak ditunggu orang itu.
Film ini mengambil sudut pandang distopia dan surealis. Diceritakan seorang robot bernama Reiko yang berkelana untuk mencari arti dari sebuah orgasme. Selain masalah puncak hubungan badan, film ini juga membahas teknologi di masa depan yang bisa memuaskan manusia. Well, mungkin kita disuruh mengkhayal tentang cara mendapatkan kepuasan di era kehancuran.
Querelle
Setelah film Blue the Warmest Color, kali ini ada film tema ranjang dengan mengisahkan pasangan sesama jenis. Namun kali ini pria dengan pria. Film ini memiliki seting 1970-an di mana kisah LGBT mulai timbul. Film ini menggambarkan kegiatan ranjang para pelaut yang kadang jauh dengan keluarganya. Jadi mau tidak mau menggunakan apa yang ada. Anda pasti paham maksudnya.
Film ini menghadirkan adegan panas yang cukup detail. Siapkan mental jika anda penasaran dengan film yang dirilis sekitar 1980-an ini. Karena tak hanya masalah ranjang saja yang akan anda lihat. Namun juga dinamika sosial masyarakat. Terutama masalah berkaitan dengan HIV/AIDS yang kebetulan mulai tenar saat itu.
Shame
Film Shame adalah film yang ingin menyeimbangkan antara adegan ranjang yang hot dengan kehidupan alami yang terjadi di New York. Anda akan melihat jika hubungan badan yang berlebihan adalah al tak baik. Terlebih jika sangat terobsesi hingga hidup hanya diisi dengan hubungan badan saja. Tanpa hal yang lain.
Seperti judulnya, Shame, adegan ranjang sebenarnya sangat memalukan jika dilakukan dengan berlebihan. Jika anda melihat film ini, bersiaplah mendapatkan adegan panas yang kadang membuat pusing. Terlebih dengan masalah keluarga yang rumitnya enggak keruan.
Romance
Film ini memang tak setenar film Fifty Shades of Grey. Namun di dalam film juga menghadirkan adegan BDSM yang cukup bikin panas. Dalam film diceritakan tentang pasangan yang menikah namun tak bahagia. Sang Istri tak mendapatkan kesenangan meski memiliki suami yang tampan. Ia merasa tak terpuaskan oleh apa yang dimiliki oleh suaminya. Akhirnya terjadi perselingkuhan sang tokoh dengan bos tempat ia bekerja.
Film ini diperankan hebat oleh tokohnya. Caroline Ducey mampu menghidupkan kisah cewek kesepian yang nyata. Jika anda melihat film ini, anda akan mendapatkan apa yang namanya kengerian, ketidakbahagiaan, serta arti dari good looking sepenuhnya dalam berhubungan badan. Bersiaplah panas jika menonton film ini!
Under the Skin
Menonton Under The Skin jelas butuh sedikit perjuangan. Butuh mood ekstra sabar untuk menontonnya. Under The Skin jelas tidak dinarasikan dengan cukup lugas. Kamu akan menemukan banyak kebingungan tentang apapun. Tentang siapa sesungguhnya wanita misterius yang diperankan Scarlett Johansson, tentang sedang apa dia di bumi, tentang kenapa dia memangsa manusia - dan naskah yang digarap oleh Jonathan Glazer dan Walter Campbell yang diadaptasi bebas dari novel Under The Skin oleh Michael Faber tidak memberikan clue-clue yang gamblang. Semuanya absurd- bahkan hingga akhir film.
Dari sini saja sudah jelas bahwa film ini memang bukan film semua orang. Mungkin hanya beberapa orang saja yang akan cukup menyukainya. Sebagian besar akan merasa film ini membosankan, dan hanya menikmati adegan naked-nya Scarlett Johansson saja.
Bilitis
Bilitis adalah film drama romantis yang berkisah tentang Bilitis. Seorang gadis yang masih polos mengenai hal-hal berbau ranjang. Diceritakan bahwa Bilitis sedang menghabiskan musim panas dengan teman hingga akhirnya melakukan hubungan badan pertamanya. Bilitis akhirnya berjuang untuk mendapatkan partner hidupnya meski harus sering coba-coba.
Sepuluh film diatas memang memiliki satu kesatuan tema yaitu dalam kisah esek-esek. So, tinggal bagaimana kita bisa bijak dalam hal menontonnya, jangan sampai ya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. ANDA SUDAH DEWASA TAU MANA YANG BENAR DAN SALAH!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar