Selasa, 26 Agustus 2014

Bekerja Sesuai Passion Belum Tentu Bikin Kamu Bahagia


Kata pepatah terkenal: “Follow your passion, and you will never work a day in your life.” Masa’, sih? Apa iya kebahagiaan di tempat kerja bisa ditentukan semata olehpassionate atau tidaknya seseorang? Apa tidak ada faktor-faktor lain yang sama pentingnya?
Passion atau yang dalam Bahasa Indonesia disebut ‘renjana’ adalah rasa yang kuat dari dalam hati.Passion dirasa bisa membuat seseorang bahagia karena merasa telah menemukan tujuan hidupnya.dan passion ane @nurahmadsoleh23 adalah menjadi entreprenuer. Tapi selain passion, sebenarnya apa aja sih yang harus diperhitungkan dalam memilih karir supaya bisa bekerja dan tetap bahagia? Langsung simak, yuk!

1. Gaji Jadi Faktor Yang Paling Diperhitungkan

berapa besar pendapat jadi pertimbangan utama
berapa besar pendapat jadi pertimbangan utama viawww.flickr.com
Nggak bisa dipungkuri bahwa bekerja adalah cara untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup. Manusia umumnya punya kebutuhan primer – sandang, pangan, dan papan – yang harus dicukupi. Selain itu, ada pula kebutuhan-kebutuhan sekunder dan tersier yang nggak kalah penting.
Alasan pemenuhan kebutuhan inilah yang menempatkan gaji di urutan pertama sebagai yang paling diperhitungkan. Baik calon karyawan maupun perusahaan akan membicarakan hal ini sebelum memutuskan untuk menjalin ikatan kerja.
Sonya Lyubomirsky dari University of Californiamenggunakan data lebih dari 250.000 orang untuk membuktikan korelasi antara jumlah pendapatan dan kebahagiaan. Hasilnya, 92% responden setuju bahwa gaji menentukan kebahagiaan dan kepuasan kerja.

2. Soal Prestise Juga Dianggap Penting

prestise juga dianggap penting
prestise juga dianggap penting via blog.capterra.com
Prestise erat kaitannya dengan pandangan atau penilaian orang terhadap pekerjaanmu. Apakah pekerjaan yang sekarang kamu jalani termasuk pekerjaan yang dianggap punya prestise?
Penilaian orang terhadap pekerjaan yang kamu jalani umumnya dipengaruh streotip yang berkembang di masyrakat. Misalnya nih, seorang yang berangkat kerja dengan jas dan dasi dianggap punya prestise karena mungkin dia seorang manager atau direktur perusahaan. Sementara, pekerjaan sebagai pegawai negeri juga dianggap punya prestise karena diprediksi punya gaji besar dan jaminan hari tua.

3. Antara Pekerjaan Dan Kehidupan Pribadi Seharusnya Bisa Seimbang

hidup butuh keseimbangan
hidup butuh keseimbangan via therecordingrevolution.com
Menurut hasil penelitian seorang ahli ekonomi, Richard Easterlin, uang bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan kebahagiaan di tempat kerja.
“Gaji berpengaruh pada tingkat kebahagiaan seseorang. Tapi, untuk jangka waktu yang lama, kenaikan gaji tidak selalu sebanding dengan kenaikan level kebahagiaan,” ungkap Easterlin.
Di Cina, Korea Selatan, dan Chili, riset membuktikan bahwa manusia modern mulai peduli pada kebutuhan-kebutuhan personal, seperti kesehatan dan hubungan dalam keluarga. Intinya, ketika kebutuhan pokok sudah bisa terpenuhi dengan baik, uang bukanlah semata-mata tujuan manusia bekerja.
Penelitian Nattavudh Powdthavee di tahun 2007 juga menghasilkan kesimpulan serupa. Bertemu teman, saudara, dan tetangga menimbulkan rasa bahagia yang hampir sama ketika mendapat kenaikan gaji. Selain itu, menikah dan tinggal bersama pasangan juga mempengaruhi kebahagiaan seseorang.

4. Pekerjaan Yang Memberi Manfaat Untuk Sekitarmu

pekerjaan yang bisa memberi pengaruh
pekerjaan yang bisa memberi pengaruh via www.flickr.com
“Aku pengen jadi dokter biar bisa membantu sesama”. Boleh kok! Tapi, bukankah konsep seperti ini masih terdengar absurd? Dengan cara apa kamu membantu orang lain? Apakah pengobatan gratis atau membangun klinik khusus buat mereka yang nggak mampu? Visualisasikan dengan jelas – apa yang ingin kamu lakukan dengan pekerjaanmu saat ini?
Menurut penelitian Standfort University tujuan yang jelas akan mempengaruhi pencapaianmu dalam pekerjaan, termasuk pencapaian hidupmu. Ketika gol-mu adalah membantu orang lain, maka pekerjaan adalah satu-satunya yang membuatmu bahagia.

5. Ketika Kamu Punya Kesempatan Menjadi Pemimpin

kesempatan untuk jadi seorang pemimpin
kesempatan untuk jadi seorang pemimpin via7rahasiasukses.blogdetik.com
Kesempatan memimpin akan membuatmu termotivasi. Semakin tertantang untuk belajar dan memaksimalkan kemampuan dirimu. Kamu akan tahu – tugas mana yang membuatmu bersemangat dan mana yang membuatmu bermalas-malasan. Perlu juga mengetahui dimana letak kekuatan dan skill terbaikmu.
Yup, proses inilah yang akan meningkatkan kinerjamu. Jenjang karir dan kemungkinan menjadi pemimpin membuatmu merasa benar-benar terlibat pada sistem kerja di kantormu. Kamu akan merasa puas karena bisa mengontrol dirimu dan pekerjaanmu sendiri. Proses ini sekaligus akan menuntunmu menemukan apa yang paling membuatmu bahagia ketika bekerja.

Nah, Selain Poin-Poin Di Atas, Ada Juga Lho Hal-Hal Yang Akan Mengurangi LevelKebahagiaan Pada Sebuah Pekerjaan. Ini Lho Beberapa Di Antaranya…



6. Jam Kerja Yang ‘Tidak Layak’

jam kerja seharusnya sesuai
jam kerja seharusnya sesuai via www.flickr.com
Setiap pekerjaan tentu sudah punya jam kerja yang jelas. Misal, sebagai pegawai bank kamu bekerja dari jam 8 pagi hingga jam 5 sore. Ada kalanya kamu harus lembur lantaran ada kewajibanmu yang belum terselesaikan. Akan lain soal jika perusahaan memang memberikan tugas ekstra. Dengan kata lain perusahaan memang memintamu untuk lembur. Biasanya, jam kerja ekstra akan digantikan dengan kompensasi dari perusahaan.
Namun, apa yang terjadi ketika perusahaan memberikan pekerjaan melebihi kemampuanmu? Kamu harus lembur tanpa kompensasi yang jelas. Untuk satu atau dua hari kamu mungkin bisa mentolerir hal ini. Tapi, apa yang terjadi jika hal ini terjadi terus-menerus? Nah, biar lebih jelas kamu mungkin bisa membaca UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan untuk mengetahui hak-hak pekerja di Indonesia.

7. Kamu Merasa Tidak Punya Hak Untuk Membuat Keputusan

nggak punya kuasa kuasa untuk memutuskan sesuatu
nggak punya kuasa kuasa untuk memutuskan sesuatu viawww.medicaldaily.com
Ketika kamu tidak punya kontrol atas pekerjaan dan dirimu sendiri, maka kamu tidak akan merasa bahagia. Misal, kamu hanya mengerjakan perintah-perintah atasanmu tanpa punya hak untuk mengatur waktu dan proses kerjamu.
Karyawan yang bisa mengontrol pekerjaannya akan mengerti makna ‘kepuasan kerja’. Umumnya, orang nggak akan suka diperintah dan didikte tentang apa yang harus dikerjakan. Penelitian The Whitehall Study membuktikan bahwa orang dengan kelas pekerjaan rendah (ex: ART atau pekerja sosial) punya tingkat kesehatan yang lebih rendah daripada orang dengan level pekerjaan tinggi yang bisa mengontrol pekerjaan mereka sendiri.
Mungkin inilah alasannya mengapa para wirausahawan bisa lebih bahagia dengan apa yang mereka kerjakan. Sekalipun punya waktu kerja yang lebih lama, mereka punya kuasa untuk mengontrol sistem dan jam kerja mereka. Selebihnya, mereka juga bertanggung jawab penuh atas apa yang mereka kerjakan.

8. Deadline Yang Begitu Menyiksa

deadline yang menyiksamu
deadline yang menyiksamu via www.flickr.com
Untuk memastikan sebuah sistem kerja berjalan dengan lancar, setiap tugas tentu punya deadline. Penting buat kamu menghargai dan berkomitmen pada sebuah  deadline. Berusaha menyelesaikan pekerjaan sesuai tenggat waktu yang sudah ditentukan.
Namun, ada kalanya, deadline nggak bisa diajak kompromi. Misal, terlalu banyak tugas dengan tenggat waktu yang singkat akan membuatmu merasa stres dan tertekan. Padahal, kamu merasa sudah melakukan yang terbaik dan memaksimalkan kemampuanmu. Hal inilah yang membuat seorang karyawan merasa nggak bahagia atau nggak betah dengan pekerjaannya.

9. Atasan Atau Tim Yang Tidak Mendukung Kemajuanmu

saling mundukung dalam satu tim kerja
saling mundukung dalam satu tim kerja viawww.talentedladiesclub.com
Ada kalanya kamu nggak merasa nyaman dalam sebuah tim kerja. Beberapa alasan yang mungkin melatarbelakanginya antara lain:
1. Ketika kamu diberikan tugas yang itu-itu saja, sehingga nggak punya kesempatan untuk mengembangkan kemampuanmu.
2. Ketika nggak ada kritik atau saran yang positif dari atasan dan rekan kerjamu.
3. Tingkat kesulitan tugas-tugasmu nggak ditingkatkan sehingga kamu merasa bosan dan nggak tertantang.
4. Ketika nggak diberi kesempatan untuk mengikuti sistem kerja secara keseluruhan. Misalnya nih, menjadi seorang penulis berarti kamu perlu mengetahui proses penentuan topik, penulisan, editing, hingga akhirnya tulisan bisa diterbitkan.
5. Kamu mungkin nggak punya teman yang bisa diajak diskusi atau sekedar ngobrol ketika jam makan siang.
6. Atasanmu nggak bisa menjadi mentor yang baik atau bahkan pelit ilmu.
7. Suasana kerja yang nggak mendukung, baik terlalu tegang atau justru terlalu gaduh.
Untuk bisa bekerja dengan bahagia, kamu butuh masuk dalam satu tim kerja yang memang ‘pas’. Selain bisa bekerja sama untuk kepentingan perusahaan, perlu juga menjalin hubungan yang baik demi suasana kerja yang menyenangkan.

10. Tempat Kerja Yang Terlalu Jauh Atau Ketika Harus Pindah Tugas

tempat kerja yang jauh bikin kamu nggak happy
tempat kerja yang jauh bikin kamu nggak happy viawww.flickr.com
Nah, salah satu yang juga mengurangi kebahagiaanmu sebagai karyawan adalah ketika kantormu terlalu jauh. Bisa juga ketika kamu terpaksa dipindahtugaskan ke luar kota atau ke luar pulau. Pasalnya, hal ini akan mempengaruhi kehidupan sosialmu di luar kantor. Karena hal ini, bisa jadi kamu akan kesulitan bertemu keluarga atau teman-teman.
Commuting mungkin bisa jadi solusi. Tapi, commutingmembuatmu rentan kelelahan dan stres. Penelitian Office of National Statistics (ONS) menyebutkan bahwa orang-orang yang menghabiskan waktu lebih dari 90 menit untuk berangkat kerja beresiko mengalami depresi.

Nah, setelah membaca poin-poin di atas, apakah passion masih jadi faktor utama untuk menentukan karirmu? Nggak ada yang salah dengan ‘menghidupi passion‘. Tapi, pastikan juga bahwa passion-mu itu bisa menghidupimu.
follow @hipwee dan @nurahmadsoleh23
Artikel kali ini terinspirasi dari laman University of Kent. Artikel asilinya bisa dilihat disini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar