Setelah Lulus Kuliah, Ini yang Mungkin Kamu Sesali…
Kuliah bisa menjadi masa-masa yang paling potensial dalam hidup. Setiap mahasiswa punya kesempatan untuk berprestasi: dapat IPK cum laude, memimpin organisasi, dikenal para dosen, hingga jadi idola adik-adik tingkat.
Sayangnya, tidak semua mahasiswa bisa memanfaatkan masa kuliahnya dengan maksimal. Rasa malas dan sikap acuh-tak-acuh bisa membuat seseorang melewatkan kesempatan emas ini begitu saja. Setelah lulus, yang tersisa pun hanya penyesalan dan harapan untuk bisa mengulang masa kuliah lagi. Hm…sebenarnya apa aja sih yang mungkin kamu sesali setelah lulus kuliah? Simak disini yuk, supaya kamu yang masih punya waktu dan kesempatan untuk menempuh bangku kuliah bisa terhindar dari sesal di masa depan.
1. Bolos Kuliah Sekadar Demi Nongkrong di Kantin
Menilik usia mereka, mahasiswa sudah pantas dianggap sebagai pribadi yang matang dan dewasa. Bukan lagi anak sekolah yang harus dibatasi dengan sekian peraturan sekolah, mahasiswa semestinya memahami tugas dan kewajibannya sendiri.
Namun, yang terjadi tidak selalu seperti itu. Bagi beberapa mahasiswa, masuk kuliah demi mendengarkan penjelasan dosen justru dianggap sebagai kewajiban yang membebani. Tidak mau terkantuk-kantuk dan pusing di dalam kelas, kamu pun memilih bolos untuk sekedar nongkrong di kantin sama teman-temanmu.
Bolos kuliah sama halnya membuang-buang uang. Melewatkan ilmu dan pengetahuan dari dosen yang sebenarnya jadi hakmu yang sudah membayar uang kuliah. Jadi, bukankah kamu sendiri yang merugi?
2. Mengikuti Perkuliahan dengan Kondisi Tidak Fokus
Butuh niat dan tekad yang teguh untuk bisa menjadi mahasiswa yang berhasil. Ini bukan semata-mata soal nilai, tapi seberapa banyak kamu bisa menyerap ilmu dan pengetahuan saat duduk di bangku kuliah. Pasalnya, ilmu dan pengetahuan itulah yang akan jadi modal untuk meraih masa depan yang cerah.
Ketika kamu masuk kelas dalam kondisi yang tidak fokus, berarti kamu melakukan hal yang sia-sia. Hadir di kelas bukan semata-mata untuk memenuhi minimal persentase kehadiran demi bisa ikut ujian. Tapi, saat di kelas adalah kesempatanmu untuk menyerap semua ilmu yang disampaikan.
Tidur, mengobrol dengan teman, sibuk dengan gawaimu sendiri: banyak hal yang sebenarnya tidak pantas dilakukan di dalam kelas saat dosen menyampaikan ilmu-ilmu yang sebenarnya sangat bermanfaat.
3. Memberlakukan Sistem ‘Kebut Semalam’ Ketika Ada Ujian
Sukses dalam ujian memang diukur dengan nilai. Semakin matang persiapan belajarmu, maka semakin besarlah kesempatanmu untuk mendapatkan nilai ujian yang bagus. Namun, di dalam hidup nilai tetaplah bukan prioritas utama. Ujian mungkin hanya membuktikan bahwa kamu sudah menjalankan kewajiban dan hakmu dengan baik — datang ke kampus untuk mendapat ilmu.
Mengabaikan ujian karena malas belajar bukanlah sikap mahasiswa yang seharusnya sudah dewasa. Ketika kamu memilih untuk bersikap abai dan menggunakan metode SKS (Sistem Kebut Semalam), berarti kamu nggak menghargai dirimu sendiri dan orang tua yang sudah membiayai kuliahmu.
Belajar adalah kebutuhan sekaligus kewajiban yang selayaknya bisa dikerjakan setiap hari. Ketika ujian saja kamu nekad belajar seadanya, mustahil kamu mau menyentuh buku-buku catatanmu di hari-hari biasa. Apa nggak malu kalau nilai ujianmu jelek?
4. Menyontek Saat Ujian
Menyontek adalah perbuatan yang tidak jujur. Sebagai orang yang sudah dewasa, mahasiswa dianggap bisa membedakan perbuatan yang pantas dilakukan, pun tidak. Selain tidak jujur, menyontek sama halnya membuat otak untuk malas berpikir.
Mahasiswa juga dianggap punya intelektualitas tinggi. Setelah menyandang gelar sarjana, dia akan didaulat menduduki posisi-posisi penting di masyarakat. Misalnya, sarjana ilmu ekonomi bisa jadi manager bank, dosen, bahkan pejabat. Bagaimana jika posisi-posisi penting ini ditempati mereka yang terbiasa tidak jujur?
5. Jadi Mahasiswa Kupu-Kupu (Kuliah Pulang – Kuliah Pulang)
Masa kuliah adalah kesempatan untuk mengembangkan diri. Menemukan bakat, melatih keterampilan, terhubung dengan banyak orang; banyak hal yang semestinya bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas diri.
Tapi, banyak mahasiswa yang justru melewatkan kesempatan ini dan memilih jadi mahasiswa ‘kupu-kupu’. Datang ke kampus hanya untuk masuk kelas tanpa peduli yang terjadi di sekitarnya. Cara ini mungkin menjadikanmu mahasiswa dengan IPK tertinggi seangkatan, tapi prestasimu nggak bisa dibilang ‘sempurna’.
Setidaknya, jurusan tempatmu belajar punya HIMA (Himpunan Mahasiswa) sebagai tempat bertemunya kakak-kakak dan adik-adik tingkat. Selain bisa bertukar informasi seputar perkuliahan, disinilah kesempatanmu menjalin jaringan pertemanan. Bukan tidak mungkin salah satu kakak atau adik tingkatmu akan jadi pejabat atau CEO perusahaan, ‘kan, suatu saat nanti?
6. Enggan Mengikuti Kegiatan BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa)
Ketika melewati sekumpulan anak BEM yang demo di boulevard kampus…
“Ngapain sih anak-anak BEM itu, demo-demo nggak jelas.”
BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) adalah organisasi intrakampus yang merupakan lembaga eksekutif di tingkat universitas. Selain sebagai wadah mahasiswa untuk mengembangkan diri, BEM juga menjadi jembatan penghubung antara mahasiswa dan kampus. Sama seperti OSIS ketika SMP atau SMA, mahasiswa juga bisa menyampaikan aspirasi mereka pada pihak kampus melalui BEM.
Apa sih faedahnya ikutan BEM? Tidak melulu demo, bergabung dengan organisasi kampus berarti melatih softskill dan menabung pengalaman. Berbagai kegiatan memungkinkanmu berpikir kritis, mengutarakan pendapat, berbicara di depan banyak orang, hingga melatih kepedulian pada lingkungan sekitar. Selain menjadikanmu mahasiswa yang aktif, pengalaman-pengalaman ini akan sangat berguna ketika memasuki dunia kerja.
7. Malas Ikut UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa)
Dunia perkuliahan bukan melulu soal tugas atau ujian. Kampus juga memfasilitasi mahasiswanya untuk bisa mengembangkan kemampuan non-akademis. Lewat UKM atau ketika masa sekolah dikenal dengan istilah ekstrakulikuler, mahasiwa bisa melatih minat dan bakatnya.
Coba deh ingat-ingat lagi, berapa banyak UKM yang ada di kampusmu dulu? Di UKM fakultas ada kegiatan teater, bedah musik dan film, atau kepenulisan. Sementara, di UKM universitas ada paduan suara, karate, atau pecinta alam. Dari sekian banyak kegiatan, salah satu tentu menarik minatmu untuk mengembangkan diri. bukan?
8. Melabeli Perpustakaan Kampus Sebagai Tempat yang Membosankan
Sebenarnya, di sinilah kamu bisa memperoleh ilmu tambahan selain mengikuti perkuliahan di kelas. Perpustakaan kampus punya koleksi buku-buku yang tidak hanya mendukung kuliahmu, tetapi juga bisa jadi hiburan tersendiri. Tidak hanya menyediakan buku-buku yang berkaitan dengan perkuliahan, ada pula novel atau buku cerita.
Sayangnya, banyak mahasiswa yang baru pertama kali masuk perpustakaan kampus di semester akhir menjelang kelulusan. Yup, lantaran perlu mencari referensi untuk skripsi, barulah bersedia menjamah perpustakaan. Padahal, mungkin saja kamu termasuk orang yang hobi baca dan pergi ke toko buku. Jadi, kenapa dulu nggak ke perpustakaan kampus saja?
9. Nggak Paham Kalau Kuliah Itu Juga Bisa Gratis dengan Beasiswa
Kuliah gratis? Mana mungkin? Mungkin kok! Kampus pun memfasilitasi mahasiswa dengan sekian jenis beasiswa yang bisa di dipilih; baik untuk mahasiswa berprestasi, pun kurang mampu. Asalkan bisa memenuhi persyaratan dan mengikuti tahap-tahap seleksinya, kuliah gratis bukan hanya mimpi.
Namun, untuk mendapat informasi beasiswa seorang mahasiswa dituntut proaktif;browsing website kampus, bertanya pada senior, atau mencari informasi di bagian administrasi. Kadang, pengumuman perihal beasiswa juga ditempel di papan pengumuman sekitar kelas atau kantor jurusan.
Sayang, tidak semua mahasiswa bisa telaten mencari informasi seperti ini. Sebagai pribadi yang cuek, tidak suka bergaul, atau malas ikut organisasi, kamu akan lebih sering melewatkan informasi-informasi yang sebenarnya bermanfaat buat dirimu sendiri. Padahal dengan beasiswa, uang dari orang tua bisa kamu tabung atau gunakan untuk hal yang lebih penting.
10. Melewatkan Kesempatan untuk Ikutan Pertukaran Pelajar ke Luar Negeri
Program pertukaran pelajar memungkinkan kamu pergi ke luar negeri. Melihat dunia yang lebih luas dan menemukan pengalaman baru yang mungkin akan mengubah hidupmu. Tempat kuliah, teman, bahasa, lingkungan, budaya, hingga gaya hidupmu akan serba baru.
Dituntut bisa beradaptasi, kamu akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih mandiri, bertanggung jawab, dan cenderung fleksibel dalam berpikir serta bersikap. Sayangnya, rasa takut dan minder mungkin terlanjur menjegal langkahmu. Alih-alih mendaftar seleksi untuk kesempatan pertukaran pelajar, kamu justru bertahan di zona nyamanmu. “Nanti saja deh, kalau sudah lulus,” katamu, saat bersenandika tentang kapan dirimu sendiri bisa pergi ke luar negeri. Sayang, kesempatan untuk pergi dengan beasiswa akan semakin sulit ketika kamu sudah melepas status sebagai mahasiswa.
11. Kuliah Dijalani Begitu Saja Tanpa Target Lulus Cepat atau Dapat Gelar Cumlaude
Kuliah adalah saat-saat potensial untuk bisa mencetak prestasi. Pencapaian yang bisa dibanggakan orang tuamu, lalu diceritakan ke anak-cucumu. Tentang menyandang gelar sarjana hanya dengan kuliah 3 tahun atau lulus dengan IPK bulat.
Namun, langkah awalmu ketika memasuki dunia perkuliahan mungkin sudah goyah. Kamu nggak mantap menjalaninya lantaran kurang minat pada jurusan yang diambil atau kecewa setelah gagal diterima di universitas impian. Padahal, apapun yang sudah kamu pilih selayaknya bisa dijalani dengan sepenuh hati, bukan?
Kuliah juga butuh perencanaan yang matang. Mulai dari menentukan gol-gol yang ingin dicapai, cara-cara mencapai gol tersebut, hingga memotivasi diri ketika mengalami kegagalan.
12. Nggak Menjajal Kesempatan Bekerja Paruh Waktu
Ketika lulus dan kesana-kemari mengirim CV, barulah kamu menyadari manfaat dari kerja sambilan saat kuliah. Yup, kerja paruh waktu saat masa kuliah tidak hanya menambah uang jajanmu, tetapi juga melatih mental dan keterampilanmu di dunia kerja.
Ketika kamu bisa berprestasi sekalipun sambil bekerja paruh waktu, lembar-lembar CV-mu tentu akan punya nilai tambah. Dengan berusaha menyeimbangkan dua dunia, kamu bisa membuktikan bahwa kamu mampu membagi waktu dan bekerja dalam tekanan. Selain itu, di dalam dirimu sudah tertanam kegigihan dan semangat seorang pekerja keras.
13. Membuang Kesempatan untuk Belajar Merintis Usaha
Dewasa ini, semakin banyak mahasiswa yang tertarik untuk berwirausaha. Menjajal kemampuan dan keberuntungan di bidang entrepreneurship berbekal ide-ide usaha yang unik. Pilihan menjadi wirausahawan bukan semata-mata usaha ‘banting setir’ lantaran nggak dapat pekerjaan lain. Seringkali, mahasiswa memang tertarik dan yakin bisa sukses dengan menggeluti bidang ini.
Kampus-kampus negeri dan pemerintah sebenarnya sudah bekerja sama untuk memfasilitasi mahasiswa yang ingin berwirausaha. Lewat PKM-K (Program Kreativitas Mahasiswa – Kewirausahaan), mahasiswa bisa menyalurkan konsep-konsep usaha yang kreatif, inovatif, dan tentunya bisa menghasilkan keuntungan.
Mahasiswa bisa maju secara perorangan maupun kelompok untuk mengajukan proposal usaha. Proposal-proposal yang terkumpul dari kampus-kampus seluruh Indonesia akan diseleksi dan dilombakan. Kemudian, proposal yang lolos seleksi dan disetujui akan mendapat pendanaan untuk mewujudkan dan mengembangkan usaha tersebut.
Sedikit bocoran: dana usaha yang diberikan pemerintah ini tidak sedikit lho. Jadi, bukan tidak mungkin kalau setelah lulus kamu sudah bisa jadi bos untuk usahamu sendiri karena sudah merintisnya semasa kuliah. Nah lho, nyesel nggak tuh sudah melewatkan kesempatan ini?
Buat kamu mahasiswa baru atau calon-calon mahasiswa, semoga bisa menghindari hal-hal di atas, ya. Sementara, buat kamu yang terlanjur di semester akhir atau sudah lulus, mungkin kamu hanya bisa bernostalgia. Mari menjadi lebih baik di jenjang kehidupan selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar