Artikel Ini Dikutip Dari Tulisan Master Financial Planner
Selasa, 15/09/2015 07:35 WIB
Jakarta -Kurang lebih 11 tahun lalu, saya pernah membahas topik ini, sayangnya tidak ada yang merespons, karena masih banyak orang yang belum paham tentang hal ini.
Pertanyaan banyak orang adalah, 'apa itu Generasi Sandwich?' Apabila kita mengamati bentuk makanan orang barat berupa Sandwich, Hamburger, atau Hot Dog, terdapat kesamaan atas makanan tersebut yaitu lauk yang biasanya berupa daging atau sosis dijepit dengan roti dari atas dan bawah.
Analogi ini dapat dipakai untuk memberikan julukan bagi generasi yang terjepit antara mengurusi orang tua dan mengurusi anak pada saat yang bersamaan terutama secara finansial/keuangan, sehingga disebut juga dengan Generasi Sandwich.
Mengapa Generasi Sandwich ini bisa terjadi? Kepada siapa GS ini akan terjadi? Dan bagaimana kita menyiasatinya? Dalam hal terjadinya Generasi Sandwich ini kita tidak perlu mencari siapa kambing hitam atau siapa penyebabnya dikarenakan hal ini terjadi karena proses yang cukup panjang dari generasi ke satu atau orang tua kita ke generasi kita dan anak kita. Proses yang berkepanjangan tersebut akan melibatkan tiga generasi saling tumpang tindih.
Uniknya Generasi Sandwich ini banyak terjadi di negara-negara Asia baik yang sudah maju maupun yang belum maju. Mengapa? Kultur masyarakat Asia yang hampir selalu membuat sang anak (biasanya anak tertua) untuk bertanggung jawab dan mengurusi orang tua mereka pada saat orang tua tersebut pensiun, tua, dan sakit-sakitan.
Hal ini tidak terjadi di negara maju seperti Amerika Serikat (AS), dikarenakan hubungan keluarga antara anak dan orang tua yang tidak akrab dibandingkan dengan di banyak negara di wilayah Asia.
Bagaimana Generasi Sandwich ini bisa terjadi? Dikarenakan melibatkan tiga generasi; orang tua-kita-anak kita maka ada baiknya kita membahas penyebab terjadinya di setiap generasi.
Pada saat orang tua kita ada biasanya mereka lahir di masa perang atau setelah perang dunia ke II. Generasi ini sering juga disebut dengan Generasi Baby Boomer.
Masa muda, kuliah, bekerja, dan menikah mereka biasanya terjadi di sekitar tahun 1955-1970an. Tahun-tahun tersebut adalah tahun di mana masa-masa masih sulit khususnya di Indonesia dan bagi sebagian besar negara di wilayah Asia karena negara-negara ini baru keluar dari Penjajahan Barat, Merdeka, dan sedang mencoba untuk bisa menghidupi negara masing-masing.
Buat para orang tua kita saat itu pekerjaan yang paling aman dan menjamin kehidupan masa depan mereka dan keluarga adalah, dengan menjadi pegawai pemerintah atau disebut juga dengan Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Sampai sekarang pun masih banyak orang tua (khususnya yang masih tinggal di kota-kota kecil) yang menginginkan anaknya kelak untuk bekerja menjadi PNS.
Bagi mereka PNS memberikan keamanan pekerjaan yang terjamin, tunjangan kesehatan dari pemerintah, tunjangan beras dan kebutuhan rumah tangga, serta tunjangan pensiun bila waktunya tiba.
Di zaman orang tua kita ini belum dikenal sama sekali istilah Perencana Keuangan. Hanya orang-orang yang pintar saja yang mulai mengerti untuk memutarkan uang mereka dan biasanya mereka menginvestasikan uang mereka ke tanah, rumah dan bangunan.
Hal ini dapat terjadi dikarenakan jumlah penduduk yang saat itu masih sedikit (banyak orang yang meninggal di masa perang dan pemberontakan setelah perang) sehingga harga tanah dan rumah masih sangat murah saat itu.
Simpanan berupa tanah dan bangunan ini yang biasanya dipergunakan untuk keperluan di masa depan, termasuk di antaranya untuk biaya pendidikan anak, perkawinan anak, dan pensiun.
Akan tetapi tidak banyak Generasi Orang Tua kita yang seberuntung dan mengerti untuk memutarkan dana mereka. Sehingga bila tiba saatnya mereka perlu biaya untuk pendidikan anak, perkawinan, dan pensiun serta masa tuanya mereka tidak memiliki dana atau hanya sedikit memiliki dana untuk itu.
Orang tua kita cenderung akan menggantungkan hidup mereka dari dana pensiun yang diberikan oleh pemerintah, yang apabila nilainya diukur untuk masa sekarang sangatlah minim untuk bisa mempertahankan hidup bulanan.
Kekurangan tersebut akan menjadi besar dengan adanya biaya-biaya lainnya seperti biaya rumah sakit. Banyak dari orang tua kita yang mengidap penyakit seperti Jantung, Kolesterol, Darah Tinggi, Kencing Manis, dan penyakit lainnya yang mayoritas disebabkan oleh makanan yang salah.
Ketika bertemu dengan klien yang para orang tua ini banyak dari mereka yang bercanda bahwa penyebab mereka terkena penyakit-penyakit tersebut dikarenakan pada saat mereka kecil zaman masih susah, dan mereka tidak bisa makan enak.
Ketika mereka sudah bekerja dan memiliki uang mereka memakan apa saja tanpa memperhitungkan efeknya di masa mereka tua yang berakibat ke penyakit-penyakit tersebut.
Apabila kita renungkan hal tersebut bisa saja menjadi penyebab utama terjadinya penyakit-penyakit yang memerlukan biaya perawatan yang besar yang dapat menyebabkan kematian.
Minimnya dana untuk pembiayaan semasa pensiun dan obat-obatan apabila menderita penyakit menyebabkan banyak Generasi Orang Tua kita yang kemudian menggantungkan hidup kepada Generasi Sekarang (generasi kita) yang sering disebut dengan Generasi Baby Buster.
Pertanyaan banyak orang adalah, 'apa itu Generasi Sandwich?' Apabila kita mengamati bentuk makanan orang barat berupa Sandwich, Hamburger, atau Hot Dog, terdapat kesamaan atas makanan tersebut yaitu lauk yang biasanya berupa daging atau sosis dijepit dengan roti dari atas dan bawah.
Analogi ini dapat dipakai untuk memberikan julukan bagi generasi yang terjepit antara mengurusi orang tua dan mengurusi anak pada saat yang bersamaan terutama secara finansial/keuangan, sehingga disebut juga dengan Generasi Sandwich.
Mengapa Generasi Sandwich ini bisa terjadi? Kepada siapa GS ini akan terjadi? Dan bagaimana kita menyiasatinya? Dalam hal terjadinya Generasi Sandwich ini kita tidak perlu mencari siapa kambing hitam atau siapa penyebabnya dikarenakan hal ini terjadi karena proses yang cukup panjang dari generasi ke satu atau orang tua kita ke generasi kita dan anak kita. Proses yang berkepanjangan tersebut akan melibatkan tiga generasi saling tumpang tindih.
Uniknya Generasi Sandwich ini banyak terjadi di negara-negara Asia baik yang sudah maju maupun yang belum maju. Mengapa? Kultur masyarakat Asia yang hampir selalu membuat sang anak (biasanya anak tertua) untuk bertanggung jawab dan mengurusi orang tua mereka pada saat orang tua tersebut pensiun, tua, dan sakit-sakitan.
Hal ini tidak terjadi di negara maju seperti Amerika Serikat (AS), dikarenakan hubungan keluarga antara anak dan orang tua yang tidak akrab dibandingkan dengan di banyak negara di wilayah Asia.
Bagaimana Generasi Sandwich ini bisa terjadi? Dikarenakan melibatkan tiga generasi; orang tua-kita-anak kita maka ada baiknya kita membahas penyebab terjadinya di setiap generasi.
Pada saat orang tua kita ada biasanya mereka lahir di masa perang atau setelah perang dunia ke II. Generasi ini sering juga disebut dengan Generasi Baby Boomer.
Masa muda, kuliah, bekerja, dan menikah mereka biasanya terjadi di sekitar tahun 1955-1970an. Tahun-tahun tersebut adalah tahun di mana masa-masa masih sulit khususnya di Indonesia dan bagi sebagian besar negara di wilayah Asia karena negara-negara ini baru keluar dari Penjajahan Barat, Merdeka, dan sedang mencoba untuk bisa menghidupi negara masing-masing.
Buat para orang tua kita saat itu pekerjaan yang paling aman dan menjamin kehidupan masa depan mereka dan keluarga adalah, dengan menjadi pegawai pemerintah atau disebut juga dengan Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Sampai sekarang pun masih banyak orang tua (khususnya yang masih tinggal di kota-kota kecil) yang menginginkan anaknya kelak untuk bekerja menjadi PNS.
Bagi mereka PNS memberikan keamanan pekerjaan yang terjamin, tunjangan kesehatan dari pemerintah, tunjangan beras dan kebutuhan rumah tangga, serta tunjangan pensiun bila waktunya tiba.
Di zaman orang tua kita ini belum dikenal sama sekali istilah Perencana Keuangan. Hanya orang-orang yang pintar saja yang mulai mengerti untuk memutarkan uang mereka dan biasanya mereka menginvestasikan uang mereka ke tanah, rumah dan bangunan.
Hal ini dapat terjadi dikarenakan jumlah penduduk yang saat itu masih sedikit (banyak orang yang meninggal di masa perang dan pemberontakan setelah perang) sehingga harga tanah dan rumah masih sangat murah saat itu.
Simpanan berupa tanah dan bangunan ini yang biasanya dipergunakan untuk keperluan di masa depan, termasuk di antaranya untuk biaya pendidikan anak, perkawinan anak, dan pensiun.
Akan tetapi tidak banyak Generasi Orang Tua kita yang seberuntung dan mengerti untuk memutarkan dana mereka. Sehingga bila tiba saatnya mereka perlu biaya untuk pendidikan anak, perkawinan, dan pensiun serta masa tuanya mereka tidak memiliki dana atau hanya sedikit memiliki dana untuk itu.
Orang tua kita cenderung akan menggantungkan hidup mereka dari dana pensiun yang diberikan oleh pemerintah, yang apabila nilainya diukur untuk masa sekarang sangatlah minim untuk bisa mempertahankan hidup bulanan.
Kekurangan tersebut akan menjadi besar dengan adanya biaya-biaya lainnya seperti biaya rumah sakit. Banyak dari orang tua kita yang mengidap penyakit seperti Jantung, Kolesterol, Darah Tinggi, Kencing Manis, dan penyakit lainnya yang mayoritas disebabkan oleh makanan yang salah.
Ketika bertemu dengan klien yang para orang tua ini banyak dari mereka yang bercanda bahwa penyebab mereka terkena penyakit-penyakit tersebut dikarenakan pada saat mereka kecil zaman masih susah, dan mereka tidak bisa makan enak.
Ketika mereka sudah bekerja dan memiliki uang mereka memakan apa saja tanpa memperhitungkan efeknya di masa mereka tua yang berakibat ke penyakit-penyakit tersebut.
Apabila kita renungkan hal tersebut bisa saja menjadi penyebab utama terjadinya penyakit-penyakit yang memerlukan biaya perawatan yang besar yang dapat menyebabkan kematian.
Minimnya dana untuk pembiayaan semasa pensiun dan obat-obatan apabila menderita penyakit menyebabkan banyak Generasi Orang Tua kita yang kemudian menggantungkan hidup kepada Generasi Sekarang (generasi kita) yang sering disebut dengan Generasi Baby Buster.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar