Sampai saat ini setiap punya kesempatan memandangimu lama saya bertanya kebaikan apa yang sudah saya lakukan sebagai manusia. Perasaan saya ini masih banyak kurangnya. Kadang lupa berdoa. Lebih sering merayu Tuhan hanya saat ada maunya. Tapi dia tetap memberi sumber kehangatan di dada. Kehadiranmu, jadi buktinya.
Sepanjang hidup sudah banyak episode doa yang saya alami. Mulai dari doa yang dijawab dengan gelengan pasti, diiyakan dengan imbuhan ‘Nanti’, sampai ditolak karena Ia lebih tahu apa yang harus diberi. Bersamamu kali ini adalah antitesis dari seluruh perjalanan doa yang pernah terjadi.
Kamu adalah doa yang terkabulkan. Untuk itu saya mengucap syukur tak berkesudahan.
Lantai kamar dan sujud panjang jadi saksinya. Sempat ada doa untuk meminta pasangan yang menghargai jeda
Bertahun-tahun lalu dalam malam-malam panjang yang sepi, sempat saya paksa diri bangun tengah malam untuk mencium kakiNya yang paling suci. Saat itu rasanya tubuh ini sudah kehabisan kendali. Selepas dihajar rentetan kehilangan dan patah hati bantuanNya jelas dibutuhkan agar tak lagi merasa sendiri.
Ikatan sebelumnya membuat saya khatam soal satu hal. Hubungan yang tak lagi menyisakan ruang untuk berkembang. Ke mana-mana berdua jelas membuat bahagia. Namun diam-diam saya berharap akan dipertemukan dengannya yang menghargai jeda.
Dia yang tidak harus selalu bertukar kabar setiap waktu. Tapi hati dan komitmennya tak pernah menipu.
Mungkin Tuhan sedang bercanda saat mempertemukan kita. Sampai saat ini masih saja ada pertanyaan, “Kok bisa…”
Kita ini seperti dua kutub yang tak pernah terbayang titik temunya. Berubahnya aku dan kamu jadi ‘Kita’ kadang kurang masuk akal dalam jalan rasional manusia. Waktumu lebih banyak habis di tempat kerja daripada bertemu saya. Sekilas kita pun tak bisa bersisian dengan damai sebagai dua orang dewasa.
Namun pelukan dan rengkuhmu jadi jawaban atas semua pertanyaan yang memenuhi kepala. Kamu jadi tanda tanda titik yang mengakhiri pertanyaan, “Setelah ini apa?” Kehadiranmu memberi saya alasan untuk menepi dan berhenti mencari. Meski tak selalu bersama setiap waktu ada rasa cukup di hati setiap mengingat kamu.
Barangkali Tuhan sedang bercanda saat mempertemukan kita. Kali ini selera humornya sungguh apik level dewa.
Kamu adalah doa yang terwujud. Terkabulnya pengharapan ini membuat semua bahagia larut
Setiap kamu membebaskan saya melakoni apapun yang disuka. Atau saat kamu tak keberatan melihat saya mengurung diri di akhir pekan untuk membaca. Ada rasa dimengerti yang tak ada duanya.
Ingin rasanya membiarkanmu merengkuh saya. Melumat saya jadi lembek seperti tanah liat yang kehilangan daya sebagai bukti bahagia. Tulang sedikit remuk atau memar pun tak apa, selama itu berarti bisa kamu peluk lama.
Dari terlalu banyak doa yang tidak ia terima, saya bersukur bahwa kamu adalah harapan yang diwujudkannya. Bersulang untuk kedatanganmu. Bersulang untuk cinta yang membebaskan itu.
Saya tidak sebaik itu — tapi Tuhan memberi kamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar